Pengunjung

waktu!!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Ratapan Gadis Kecil di atas Kubur

Dengan rambut terurai kusut, seorsng gadis kecil berlari-lari sambil menangis mengikuti jenazah ayahnya yang diusung menuju tempat pemakaman.

Melihat iring-iringan jenazah lewat depan rumahnya, Hasan Al Basri yang duduk di depan pintu bangkit dan bergabung dalam iring-iringan itu.

"Ayah, mengapa begitu singkat umurmu?" ratap gadis kecil itu mengikuti iring-iringan itu.

hasan Al Basri melihat keadaan gadis kecil itu hatinya merasa terenyuh, perasaannya menjadi iba. Takdir telah menentukan bahwa gadis kecil itu harus kehilangan bapak, padahal gadis seumurnya sangat memerlukan perlindungan dan bimbingan seorang bapak.

Esok harinya, ketika Hasan Al Basri kembali duduk di muka pintu seperti hari kemarin, gadis kecil itu lewat lagi. Gadis itu berlari-lari kecil sambil meratap dan menangis menuju makam ayahnya. Hal itu membuat Hasan Al Basri mengikutinya dari belakang. Ia ingin tahu apa yang akan diperbuat gadis kecil itu.


Setibanya dipemakaan, Hasan Al Basri melihat gadis kecil itu memeluk makam ayahnya, pipinya diletakkan di atas gundukan tanah sambil meratap-ratap. Dari persembunyiannya Hasan Al Basri selalu mengikuti apap yang akakn gadis kecil itu, dan ia mendengar apa yang diucapkannya.

“Ayah, malam ini kau sendirian terbaring dalam kegelapan kubur, tanpa lampu penerangan dan penghibur. Jika malam kemarin aku masih bisa menyalakan penerangan untukmu. Tapi sekarang, siapakah yang menerangimu? Dan siapa pula yang menghiburmu? Ayah, malam kemarin aku masih bisa menggelar tikar untuk alas tidurmu, tapi sekarang siapakah yang menggelarkan tikar untukmu? Jika malam-malam kemarin aku bisa memijiti kaki dan tanganmu, sekarang siapa yang memijitimu?” terdengar memilukan ratapan gadis kecil itu. Hasan Al-Basri yang mendengar dari tempat persembunyiannya menjadi terenyuh.

“Ayah, jika kemarin aku aku yang menyelimuti tubuhmu, tetapi kini siapa yang menyelimutimu tadi malam?” kembali terdengar suara  gadis itu diantara isak tangisnya. “Kemarin engkau masih bisa memanggilku, Ayah. Dan aku menjawab untukmu, tetapi semalam siapa yang engkau panggil dan siapa pula yang menjawabmu?

“Ayah, jika kemarin engkau minta makan dan aku yang melayani, apakah engkau semalam meminta makan? Dan siapa pula yang melayanimu? Dulu aku yang memasak untukmu, tetapi kemarin siapa yang memasak untukmu?”

Karena tak tahan mendengar ratapan mengharukan gadis kecil itu di atas makam ayahnya, Hasan Al Basri keluar dari persembunyiannya dan mendekati gadis itu, tak terasa air matanya menetes jatuh karena haru.

“anakku, janganlah kau mengucap seperti itu”, kata Hasan Al Basri setelah berusaha menenangkan hati gadis kecil itu. “Seharusnya ucapkanlah kata-kata seperti ini: Ayah, kau telah kukafani dengan kain kafan yang bagus, masihkah kau memakai kain kafan itu? Dan kata orang shaleh, bahwa kain kafan orang yang sudah meninggal itu ada yang diganti dengan kain kafan surga dan ada pula yang dari neraka. Kai n kafan mana yang ayah kenakan sekarang?

Ayah, kemarin aku telah meletakkan tubuhmu yang segar dalam kubur, masih bugarkah tubuhmu hari ini?”

Gadis kecil it uterus saja mendengarkan ucapan Hasan Al Basri tanpa henti.

“Ayah, orang-orang alim bilang bahwa semua hamba esok akan ditanya tentang imannya. Diantara mereka ada yang bisa menjawab, tetapi ada juga yang Cuma membisu. Yang kupikirkan, apakah ayah bisa menjawab atau hanya membisu?

Ayah, katanya bahwa kuburan itu bisa dibuat menjadi luas atau sempit. Bagaimana kuburan ayah sekarang? Bertambah luaskah atau bertambah sempit? Dan kuburan itu katanya merupakan secuil taman dari taman surga, tetapi bisa juga merupakan sebuah lubang dari lubang neraka. Yang menjadi pikiranku, bagaimana kuburan ayah sekarang? Taman surga ataukah lubang neraka?

Ayahku, katanya bahwa liang kubur bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti pelukan ibu terhadap anaknya, tetapi bisa juga merupakan lilitan erat yang meremukkan tulang. Bagaimana keadaan tubuhmu ayah?

Ayah, orang shaleh mengatakan, bahwa orang yang dikebumikan itu ada yang menyesal mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amalan bagus, justru menjadi pendurhaka dan banyak melakukan maksiat. Yang kutanyakan pada ayah, apakah engkau termasuk orang yang menyesal?

Ayah, dulu setiap aku memanggilmu engkau selalu menjawab, tetapi kini engkau kupanggil-panggil tak lagi menjawabku. Kini engkau telah berpisah denganku, dan tak akan berjumpa lagi sampai hari kiamat. Semoga Allah tak menghalangi perjumpaanku denganmu”

Demikianlah beberapa nasihat Hasan Al Basri yang disampaikan pada gadis kecil itu dalam meratapi ayahnya yang sudah meninggal.

1 komentar: