Nama lengkapnya Abdul Rahim Petrus Johansa, sebelum memeluk agama islam,ia dikenal sebagai aktivis Kristen yang gigih di salah satu kampus elite di Jakarta.
Siang itu hari sangat panas, Bang Rahim (Abdul Rahim Petrus Johansa) yang juga pengurus BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), mencoba beristirahat melepas lelah di sekratariat BEM. Ruangan ini dekat dengan masjid kampus yang megah itu. Ketika ia duduk-duduk, azan Dhuhur berkumandang. Sebenarnya, tak ada yang istimewa, karena hampir tiap hari, ketika berada di ruangan ini, ia juga sering mendengar adzan.
Entah mengapa, menurut pengakuannya, azan kali ini sangat berbeda di telinganya. Tiba-tiba hatinya bergemuruh bagaikan deburan ombak selama azan berkumandang. Padahal, sebelumnya ia tak pernah merasakan apa pun tiap kali mendengar azan. Begitu azan usai, gemuruh di hatinya pun reda. Ia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.
Ia sadar setelah dua rekannya, Danu dan Ambar, yang akan wudhu menyapanya. Ketika Danu,Ambar dan jamaah lain berwudhu hingga pelaksanaan shalat Dhuzur berjamaah, hati Bang Rahim kembali bergemuruh. Bahkan,sekujur tubuhnya mendadak berguncang, keringat dingin mengucur membasahi tubuhnya. Begitu shalat usai, tubuhnya kembali normal. Ia makin penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.
Begitu Danu dan Ambar menghampirinya, Bang Rahim langsung bertanya, "Kenapa sih,tiap kali menghadap Tuhan, kalian selalu mencuci wajah, tangan dan kaki dulu?" kedua sahabatnya itu menjelaskan, "Oh, itu namanya wudhu. Setiap muslim,jika mau shalat harus dalam keadaan bersih, suci. Wudhu itulah cara kami mensucikan diri. Namanya juga mau ketemu Tuhan, jadi harus dalam keadaan bersih dan suci."
Rupanya Bang Rahim belum puas dengan penjelasan itu,ia pun bertanya lagi. "Apakah dengan wudhu,tubuh kita menjadi segar?" Danu mengiyakan pertanyaan sahabatnya itu,"Iya, bahkan bukan hanya segar, tapi juga suci dari kotoran dan meneduhkan jiwa kita." Bang Rahim makin penasaran, "Oh ya, apa benar?" Akhirnya, kedua rekannya sesama pengurus pengurus BEM, menyarankan Rahim untuk membuktikannya. "Coba saja buktikan sendiri."
Tanpa ragu, Bang Rahim mengambil air wudhu. Anehnya, ia bisa , mempraktikan semua gerakan wudhu mulai awal sampai akhir. Setelah usai, ia menghampiri dua rekannya seraya berkata, "Benar, aku merasa lebih segar. Selain itu, hati ini tak bergolak lagi, seraya ada kedamaian dan keteduhan di dalamnya."
Sejak kejadian itu, Bang Rahim makin akrab dengan Danu dan Ambar. Bahkan, ia meminta mereka mengajarkan Islam secara rutin seusai kuliah. Maka hampir
tiap hari secara bergantian, mereka membimbing Bang Rahim mempelajari Islam di masjid kampus.
Allah menjanjikan kemudahan bagi siapapun yang mempelajari Islam dan Al-Quran. Demikian juga dengan Bang Rahim,hanya dalam waktu enam bulan,ia sudah bisa mempraktikan shalat dengan bacaan yang benar, termasuk menguasai beberapa ayat pendek. Bahkan ia sudah bisa membaca Al-Quran dengan tajwid benar. Subhanallah…
Setelah mantap dan yakin, pada pertengahan tahun,di hadapan aktivis dan jamaah masjid kampus, Bang Rahim mengikrarkan dua kalimah syahadat. Sujud syukur berkumandang dari rumah Allah itu. Sambil menyeka air mata, Bang Rahim melayani saudara seiman yang berebut menyalami dan memeluknya. Tak lupa para jamaah juga mendoakan, agar ia diberi kekuatan iman dan ketabahan menjalani cobaan.
Keesokan harinya, kampus gempar. Berita tentang Keislaman seorang aktivis gereja kampus menjadi perbincangan tiap orang. Apalagi, komposisi mahasiswa Muslim dan non Muslim yang berimbang. Tak ayal sempat beredar isu dan rumor yang mendiskreditkan nama baik aktivis kampus dan Bang Rahim sendiri.
Bang Rahim dan aktivis masjid kampus menanggapinya dengan bersabar pada Allah ta'ala. Akhirnya, isu & rumor itu pun berhenti dg sendirinya.
Seminggu berikutnya, orang tua Bang Rahim marah besar. Sejak itu, orang tuanya tak lagi memberi nafkah & membiayai kuliahnya. Terpaksa ia cuti akademik dua semester untuk mencari pekerjaan. Pada saat itu,biaya hidupnya ditanggung masjid kampus, ia pun bisa bekerja. Dari situlah ia sekarang membiayai hidup dan pendidikannya. Suhanallah…!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar